Senin, 19 Juli 2010

Mau bertemu PRESIDEN sampai staf semua sibuk RAPAT....

Harusnya Presiden Malu Dan Sedih Liat Rakyatnya Di Parkiran Istana...!
Bagikan
Hari ini jam 18:16
Korban ledakan tabung elpiji 3 kilogram, Rido Januar (4,5), bersama ibunya, Susi Hariyani (29), asal Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (19/7/2010) siang, mencoba mendatangi Istana dari arah pintu kaca Sekretariat Negara, Jakarta.

Foto:Hindra Liauw
Sulitnya Mendapat Bantuan Istana...
Senin, 19 Juli 2010 | 15:05 WIB
Hindra Liauw

Korban ledakan tabung elpiji 3 kilogram, Rido Januar (4,5), bersama ibunya, Susi Hariyani (29), asal Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (19/7/2010) siang, mencoba mendatangi Istana dari arah pintu kaca Sekretariat Negara, Jakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com — Dua jam sudah Rido Januar (4,5) menangis di sekitar pelataran parkir motor Sekretariat Negara, yang menjadi pintu masuk ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/7/2010).
Rido, korban ledakan gas, bersama ibunya, Susi Hariyani (29), sedianya hendak bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengadukan nasib sekaligus meminta bantuan.
Namun, bukan bantuan dan kata simpati yang didapatnya, Susi beserta Rido malah diminta pergi ke Kementerian Sosial oleh petugas pengamanan pintu gerbang Istana. Beruntung, salah seorang wartawan sempat memergokinya.
Kemudian, para wartawan pun mencoba membantu dengan menghubungi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bidang Informasi dan Hubungan Publik, Heru Lelono. Namun, Heru mengaku tidak bisa menemui korban ledakan gas tersebut. Alasannya, Heru saat itu tengah mengikuti rapat.

Tak menyerah, wartawan pun mencoba menghubungi Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha. Namun, usaha tersebut tak mulus. Ketika dihubungi, komunikasi melalui telepon sempat terputus. Sama seperti Heru, Julian mengatakan tengah mengikuti rapat.
Baru beberapa saat kemudian, Julian mengatakan akan mengirim seorang staf untuk menemui Rido. Namun, staf yang dimaksud tak kunjung keluar. Susi pun hanya bisa pasrah sambil sibuk menenangkan Rido yang terus-menerus menangis.
Iba dengan nasib Rido, para wartawan Istana pun akhirnya urunan memberikan bantuan materi ala kadarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar